Selasa, 17 Mei 2011

senyuman

SMA kelas 3, aku lulus UAN sekarang aku masih harus berusaha menuju PTN. Buku merupakan temanku setelah aku lulus, bertemu teman pun jarang sesekali aku bertemu kekasih untuk sekedar refreshing atau memang temu kangen. sekarang memang sudah beda dengan dulu, disini terlihat individual. pembahasan tentang hal sehari-hari atau hal yang lucu berubah menjadi masa depan, pelajaran, dan sekitar PTN. sensitivitas lebih terasa tapi perasaan juga lebih terpacu, kadang kami merasa takut terpisah tapi kami ga tau bagaimana kedepanya kami hanya bisa berusaha.

soal, dia adalah sebuah hobi baru yang harus ku tekuni. ngerjain soal, liat soal, baca soal, dan belajar dari soal. ujian PTN mandiri udah mulai banyak yang menghampiri disana sini dan aku serta teman-teman mulai mendaftar kesana kemari dan aku berusaha menghindari SNMPTN yang aku jadikan pilihan terakhir dari sebuah ujian. PTN mandiri sudah dimulai dan siap tidak siap harus dilewati. satu demi satu aku hadapi dan aku nanti pengumumanya. gagal, gagal, gagal, dan gagal. kata itu yang aku liat, spesimis itu pasti dan motivasi tak ada yang berarti bagiku sekarang. terpukul itu sangat, sedihnya bukan main. melihat teman-teman ku yang lain, mereka masih banyak yang berjuang bersamaku dan juga sudah tersenyum dan tertawa diterima di PTN yang mereka mau. aku masih harus berusaha, aku kecewanya bukan main sama diriku apalagi ketika harus berpapasan dengan orang tuaku, aku mengecewakan mereka, aku sedih dan mereka juga.

mereka menawarkanku untuk mengambil ujian diluar kota tapi aku selalu berpikir egois menolak dan menolak, mereka masih sabar menghadapiku. mereka membiarkanku mengikuti ujian yang ku mau dan aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku gagal lagi dan gagal lagi. papa selalu bicara di telepon untuk memberikanku semangat dan dia selalu bilang mungkin belum jodohnya dan belajarlah nak. dan setelah mengangkat telepon itu aku melangkah gontai ke kamar, terdiam dan menumpuk pikiranku dengan pikiran negatif, sedih, dan kecewa, aku tak tau lagi harus bagaimana, hingga aku sadari pilihan terakhirku tinggal SNMPTN.

orang tuaku menyuruhku mengambil universitas diluar kota yaitu di malang di UNIVERSITAS BRAWIJAYA, aku hanya ingin masuk jurusan manajemen tapi aku juga ga siap untuk meninggalkan kota tempatku lahir dan jauh dari orang tua tapi kalau aku egois, itu sudah tidak mungkin lagi aku udah terlalu naif dan egois dan selalu mengecewakan mereka walau mereka tak bicara tapi aku mengerti. mereka masih menawarkanku untuk memilih pilihan pertama dan kedua di jakarta dan di bandung di kota halamanku dan sekarang aku menurut dan siap untuk ujian. beberapa minggu kemudian aku pun dinyatakan gagal, dan aku berantakan, hancur, dan stres. atmosfere rumah saat itu sudah berubah lebih murung dari biasanya, orang tuaku lebih ingin membuatku tersenyum tapi senyum palsuku menyimpan kesedihan dan kekecewaan mendalam. aku selalu menyendiri di kamar dan tak berani menatap mata kedua orang tuaku. hingga satu malam aku berfikir bahwa aku sudah gila dan tak tertahan lagi jeritan hatiku yang berteriak sebuah kekecewaan yang mendalam. aku pun berlari menuju kamar orang tuaku dan tepat disana aku menemukan mama.

aku meloncat dan memeluk mama, aku laki-laki berumur 16 tahun dan aku kelas 3 SMA dan kakak dari seorang adik perempuan dan tepat dipelukanya aku menangis. ku keluarkan segala sakit dan kekecewaanku, air mata banjir dan itu lebih banyak karena aku tau sakitnya aku menahan beban akan kekecewaan ini, suaraku terdengar semakin sedih dan kecewa. mama, mama mengelus kepalaku dan mencium keningku. aku tau dia ingin menangis tapi dia tidak ingin memperlihatkanya dihadapanku, aku tau itu. dia terus menasihatiku terus bercerita tentang hidup tentang ketegaran, kekuatan, kesabaran, kebaikan, dan ketabahan. orangtuaku menyuruh aku mengambil ujian di luarkota. karena UB masih ada tes terakhir aku mencoba untuk pergi kesana, ke kota malang. mama bilang aku harus tes di malang biar lebih terasa perjuangan hidupnya, dia bilang hidup itu susah dan perjuangan hidup itu keras. dia tak peduli aku lulus atau tidak nantinya yang penting aku bisa mengerti makna perjuangan.

almamater ini lumayan kebesaran aku pakai, almamater warna biru UNIVERSITAS BRAWIJAYA. Dan disini lah aku di malang jauh dari orang tua dan mencoba menjadi seorang yang mandiri untuk menghadapi kerasnya hidup dari sebuah perjuangan hidup. 6 bulan aku melewati semester 1 ku dengan semangat, dan hasilnya pun sudah keluar. aku pulang membawa sebuah hasil nilai bertuliskan cumlaude dan dengan bangga aku menunjukan ke orang tua ku dan mereka tersenyum. mungkin aku tidak bisa masuk ke universitas yang aku dan orang tuaku idamkan tapi aku mencoba membahagiakan diriku dan mereka dan membuktikan bahwa aku mampu, mampu untuk membuatku tersenyum dan mereka tersenyum.

faris huda oktavian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar