Senin, 18 Juli 2011

mama dan ainur part 1

okey guys, hari ini gue pengen nyoba berbagi cerita pendek tentang true story kisah mama ke kalian semua hehehe, semoga berkesan dan berhikmah :)

Mama dan Ainur

Mamaku dan seseorang yang memiliki semangat yang luar biasa bernama Ainur. Cerita Ainur memang sering mamaku ceritakan kepadaku setiap saat karena Ainur adalah siswa dari seorang guru kimia di Jakarta yaitu mamaku. Sekarang aku adalah mahasiswa manajemen angkatan 2010 semester 2 di Universitas Brawijaya Malang di jurusan manajemen, dan aku sedang kembali ke kampong halamanku di bandung untuk menemui orang tuaku sekaligus berlibur. Sungguh hal yang menyenangkan bisa kembali bersama mereka dirumah dengan keceriaan yang selalu aku rindukan ketika aku di malang. Kangenku terobati. Hal yang sering mamaku ceritakan kepadaku adalah kisah kehidupan, dan juga seorang anak lelaki bernama Ainur, hingga suatu malam aku berada dikamar untuk mendengarkan cerita Ainur. Dan malam itu mamaku kembali menceritakan kisahnya.

                Ainur adalah seorang anak lelaki yang hidup di Jakarta, dia adalah seorang lelaki yang tegar yang mampu bertahan dan mempunyai semnangat yang kuat untuk menjadi yang terbaik bagi dirinya dan keluarganya. Dia adalah orang betawi asli yang ditinggal oleh ayahnya menghadap tuhan ketika dia duduk di bangku SD, dan sekarang dia hidup bersama ibunda tercinta bersama saudaranya. Dulu tahun 2000an aku masih duduk di kelas 4 SD dan aku tinggal di Jakarta selatan, dan itu merupakan awal pertemuan mama dengan Ainur. Di SMA Negeri 4 tanggerang selatan seseorang anak lelaki yang ingin sekolah dengan postur badan kecil dan berambut rapi datang kesekolah membawa seekor kambing, hari itu adalah hari pendaftaran murid baru di SMA tersebut. Dia menggeret kambing itu dengan susah payah disiang hari yang terik dan mukanya yang lusuh, lelah, dan kecoklatan seperti membawa kambing dari tempat yang jauh dan terbakar teriknya matahari. Dia menemui mamaku. Semua guru keluar dan memperhatikan dirinya.

“ibu, ibu… saya mau sekolah” cerita Ainur menghadap ibuku

“iyaa nak, terus kenapa bawa kambing segala?” Tanya mamaku

“ini kambing saya atu-atunya ibu” jelasnya dengan logat betawinya yang kental

“terus nak?” Tanya mamaku kembali

“saya mau jual kambing ini dulu di pasar terus bawa kesini uangnya buat daftar sekolah, tunggu ya bu” 

mamaku hanya terdiam dan dia hanya mengangguk kepada Ainur. Ainur kembali menggeret kembali kambingnya di tengah panas matahari. Keesokan harinya Ainur membayar uang skolah ke bndahara sekolah kemudia melaporkan ke mama.

“ibu” sapa Ainur ke mama

“oh iyaa, kamu yang kemarin ya?” jawab mama

“iya bu, saya Ainur” jelas Ainur

“iyaa, ada apa?” Tanya mama

“saya mau ngasih tau, uang habis jual kambingnya udah saya bayar ke sekolah” jelas Ainur

“ohhh gitu” jawab mama

“tapi bu, uangnya masih belum cukup” terang Ainur sambil menundukan kepala

Mama diam, dan melihat Ainur kemudian tersenyum.

“udah kamu ga usah sedih, kamu mikir sekolah aja yaa, semua tanggungan kamu biar ibu yang tanggung kamu ga usah khawatir” jelas mama

“apa? Ibu serius?” Ainur seperti tidak percaya

“iyaaa, kamu tenang aja yaa” jelas mamaku meyakinkan

“ibu makasih” teriak Ainur, hari itu Ainur pulang dengan langkah semngat dari sekolah. 

Dia seperti mendapatkan cahaya dan harapan untuk meneruskan mimpinya, selain itu mama melihat seorang murid yang penuh dengan perjuangan datang untuk membayar uang sekolah dengan kambing satu-satu peninggalan ayahnya. Seorang anak yang lugu dan polos, jujur dan penuh semangat. Akihrnya mama mengangkat Ainur menjadi anak asuhnya, jadi Ainur tak perlu lagi mikirin uang sekolah dan perlengkapan sekolah itu semua ditanggung sama mama. Mama juga pernah bercerita bahwa Ainur selalu mengumpulkan uang dari zakat untuk digunakanya dia sekolah, itu lah yang membuat hati mamaku menjadi iba ketika melihat Ainur karena mamaku yakin bahwa Ainur bisa membahagiakan dia dan orang tuanya dengan semangat yang dia miliki.

                Mama tidak pernah membedakan antara Ainur dengan siswa lainya, semua dianggap sama. Mama juga ingin melihat tingkah dan perilaku Ainur disekolah, dan peningkatan nilainya. Sesekali Ainur bertanya kepada mama bahkan les, hingga Ainur sering bermain kerumah. Ibu Ainur pun tahu bahwa mama membantu Ainur disekolah, meringankan bebanya sehingga setiap Ainur berkunjung kerumah selalu membawa oleh-oleh dari rumahnya dari sayuran dan sebagainya sebagai tanda terima kasih Ainur kepada mama. Mama tak pernah berharap lebih atau memanfaatkan Ainur selama mama menjadi orang tua asuhnya, semua tulus mama lakukan buat Ainur, buat membahagiakan orang lain, mama hanya ingin membantu. Ainur disekolah tidak hanya belajar dan pulang begitu saja, terkadang Ainur membawa roti yang dia bawa dari rumah untuk dijual di tiap kelas dan di kantin untuk menambah uang jajan dan tabunganya, selain itu juga membantu cuci piring di kantin untuk mendapat makan siang agar tidak merepotkan orang taunya di rumah. Hidup kadang tak adil, tapi Ainur menyingkirkan hal tersebut dan terus maju untuk menunjukan bahwa dengan usaha yang dia lakukan pasti hasilnya akan setimpal, dia selalu berdoa bahwa allah lah yang membuat keadaan menjadi adil.

                Mama juga bercerita, tentang kepolosan Ainur. Ainur pernah saat itu sakit dan saat itu Ainur tidak punya handphone sehingga Ainur datang kesekolah dengan baju bebas. Dia datang kesekolah dengan keadaan pucat dan demam tinggi, dia mencari mama. Hingga dia bertemu mama dan mama terlihat kaget dengan Ainur yang pucat.

“loh nur kamu kenapa? Kamu sakit?” Tanya mama yang khawatir dengan keadaan Ainur

“iya bu, saya sakit panas” jelas Ainur

“loh kami istirahat aja, ga usah masuk kalo gitu” jelas mama

“iya bu, saya ngerti. Saya cuman mau minta ijin” jelas Ainur

“iyaa nak, ibu izinin kok, pokoknya kamu istirahat aja ya sampe sembuh. Kalau udah sehat baru kamu masuk sekolah lagi ya” jelas mama

“makasih bu” Ainur akhirnya kembali pulang. Ainur memang polos dan lugu, dia hanya takut tertinggal pelajaran namun mama selalu memberikan tambahan apabila itu diperlukan oleh Ainur.

bersambung

2 komentar: